Sudut Pandang Geodet Muda: Pemindahan Ibukota
Presiden Joko Widodo telah resmi mengumumkan rencana pemindahan ibukota Indonesia. Pemerintah memutuskan untuk memindah ibukota yang sebelumnya berada di Jakarta menjadi di Kalimanta Timur, tepatnya Kabupaten Panajam Panser Utara dan Kutai Kartanegara. Jokowi mengungkapkan alasan memilih Kalimantan Timur sebagai ibukota baru Indonesia.
Pertama, risiko terjadi bencana kecil, baik banjir, gempa bumi, tsunami, gunung berapi, dan tanah longsor.
Kedua, lokasinya yang strategis berada di tengah-tengah Indonesia.
Ketiga, telah memiliki infrastruktur yang relatif lengkap.
Berikut hasil wawancara dengan beberapa narasumber terkait pemindahan ibukota Indonesia.
Menurut Gigih (2015), pemindahan ibukota di Kalimantan merupakan salah satu perubahan besar bagi Indonesia setelah sekian lama pembangunan yang terpusat di Jawa, khususnya Jakarta. Pemindahan ibukota sebenarnya sudah digagas sejak lama namun baru terealisasikan pada era Jokowi. Terlepas dari unsur politik yang terjadi, dalam segi geospasial pemindahan ibukota ke Kalimantan merupakan hal yang tepat karena Kalimantan merupakan wilayah yang strategis, berada di tengah-tengah Indonesia. Selain itu, Kalimantan juga dianggap paling minim terjadinya bencana alam.
”Kalo ngomongin geospasial juga pasti ngomongin infrastrukturnya juga. Menurut saya Jakarta itu sudah paling lengkap infrastrukturnya, dan karena terlalu lengkap jadi menimbulkan kesan yang padat. Contohnya LRT dan tol Jakarta-Cikampek elevated terkesan terlalu dipaksakan sehingga dalam segi keindahan pun berkurang akibat banyak tiang-tiang pancang yang dibangun diatas lahan hijau yang seharusnya dilestarikan. Ketika ibukota pindah ke Kalimantan seharusnya kita sebagai geodet muda yang bakal berkontribusi untuk membangun Indonesia lebih maju lagi khususnya di ibukota baru. Dan juga harus memikirkan jauh kedepan segala aspek dari kebutuhan hidup manusia sampai kewajiban kita untuk menjaga alam. Karena percuma saja sudah dipindah tapi tata ruang dan pembangunannya kalau tidak dikontrol yaa mungkin lama kelamaan akan sesak seperti Jakarta juga nantinya”, kata Gigih.
Nandia (2015) berpendapat, “Kalau dari letak, Kalimantan Timur ini ada di tengah-tengah Indonesia. Jadi biar strategis sih. Nah dari aku kalau Ibukota harusnya berada di wilayah yang jarang terjadi bencana biar aman gitu kayak Kalimantan Timur ini minim dari resiko bencana . Yang sering kita denger aja ibukota kerap banjir menandakan kalau Jakarta sudah ga aman. Kaltim ini minim resiko bencana banjir , gempa, tsunami dll. Ibukota baru ini juga lokasinya dekat dengan wilayah perkotaan yang sudah terlebih dulu berkembang yaitu kota Balikpapan dan kota Samarinda. Kalau dari infrastruktur walaupun relatif lengkap tapi ya bisalah dilengkapi dan sudah disiapkan jadi kita ga perlu khawatir”
Nandia menambahkan, dampak pemindahan ibukota otomatis akan ada pembangunan besar-besaran, dan banyak pendatang baru yang dapat meningkatkan inflasi. Pada kenyataannya, dengan adanya arus urbanisasi sebagai dampak pemindahan ibu kota negara ini akan menimbulkan melonjaknya harga kebutuhan pokok di kota yang menjadi pilihan pemindahan ibu kota tersebut.
Sama halnya dengan Luthfi (2016) yang menyetujui Kalimantan sebagai ibukota karena merupakan sentral dari Indonesia, wilayah paling memungkinkan daripada yang lain, dan minimnya resiko bencana alam serta penduduknya yang sedikit. Dampak positifnya banyak lapangan pekerjaan bagi geodet untuk pembangunan baru.
”Siap ngga siap ya harus siap karna pemerintah sudah merancang jauh hari untuk pemindahan ibukota ini dan sudah matang betul dan BIG sudah berjalan dalam menjalankan titik dasar untuk pemindahan ibukota ini. Menurut saya sebagai orang Teknik, sudah cocok kalau dipindah ke Kalimantan karena Jakarta memiliki penurunan deformasi hingga 4 meter dan banyak dampak buruk lainnya seperti susah air, susah lahan ataupun lainnya. Harapan saya semoga pemerintah tidak hanya memindahkan masalah dari Jakarta ke Kalimantan namun memperbaiki semua masalah di Indonesia juga,” imbuhnya.
Sentanu Aji (2016) menjelaskan, ditinjau dari geografis Indonesia, Kalimantan terletak di tengah Indonesia. Hal itu memudahkan dalam transportasi baik jalur darat maupun udara. Dari segi keamanan, Kalimantan merupakan daerah yang terhindar dari adanya gempa bumi dan tidak adanya gunung berapi di daerah itu. Maka untuk pemindahan ibukota juga diperhatikan bagaimana kondisi suatu daerah tersebut.
Menurut Sentanu, ada 2 kemungkinan yang bertolakbelakang dalam pemindahan ibukota. Jika berhasil, ibaratnya memindahkan ibukota dari lahan yang sudah tidak memungkinkan untuk dibangun atau diubah lagi beralih ke lahan yang baru dan memungkinkan untuk diadakan pembangunan. Jika semua itu berhasil, maka pemindahan ibukota itu akan sukses. Tidak lupa dilihat dari sisi SDM nya juga berperan penting. Tanpa dukungan dari SDM nya itu sendiri, maka pemindahan ibukota pun tidak akan berjalan dengan baik. Namun jika pemindahan ibukota gagal, maka akan benar benar gagal.